PENDEKATAN
EVALUASI YANG BERORIENTASI PADA MANAGEMEN (MANAGEMENT-ORIENTED
APPROACH)
Evaluasi berasal dari
bahasa Inggris yaitu “evaluation”
yang berarti evaluasi. Dalam arti luas evaluasi adalah suatu
proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat suatu keputusan. Tyler mendefinisikan evaluasi sebagai
suatu proses yang menentukan sejauh mana tujuan suatu program tercapai.
Cronbach, stufflebeam dan Alkin memberikan definisi evaluasi sebagai penyediaan
informasi untuk membuat keputusan, sedangkan Provus mendifinisikan evaluasi
sebagai cara untuk mengetahui ada/tidaknya perbedaan apa yang ada dengan suatu
standar untuk rnengetahui apakah ada suatu kesenjangan.
Evaluasi merupakan suatu
rangkaian kegiatan (proses) yang dilakukan secara sistematis dalam mengumpulkan
data (informasi) yang diperoleh, menganalisis dan menginterpretasikan informasi
tersebut untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu program
(program) tertentu dengan kriteria tertentu yang digunakan sebgai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif kebijakan. Tyler
(Tayibnafis, 2000:80) melengkapi definisi evaluasi program sebagai suatu proses
yang menentukan sejauhmana tujuan suatu program telah tercapai. Evaluasi program adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat
keberhasilan program (Suharsimi dan Cepi; 2005). Evaluasi program
yang beroreintasi pada suatu hasil dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan suatu rangkaian kegiatan program. Evaluasi meliputi kegiatan
pengukuran dan evaluasi suatu program. Definisi-definisi yang ditampilkan di
atas secara implisit menyebutkan adanya ukuran yang digunakan untuk menentukan
nilai kreteria (worth), dan adanya
hal yang dinilai. Konteks nilai program yang dinilai adalah keberhasilan program
dimaksud yang dapat berupa hasil atau dampak atau bentuk proses itu sendiri.
Dalam
evaluasi program pendidikan terdapat tiga pendekatan evaluasi dijadikan panduan
dalam pelaksanaan evaluasi program pendidikan, salah satunya yaitu pendekatan
evalusi yang berorientasi pada managemen (Management-Oriented
Approach).
A.
Management-Oriented Approach
Management-oriented
approach merupakan salah sau pendekatan evaluasi program
pendidikan yang memfokuskan pada kepentingan manajerial. Pendekatan evaluasi
berorientasi manajemen ini berfungsi untuk membantu para pengambil keputusan
dalam pengambilan keputusan/kebijakan. Informasi yang diperoleh dari hasil
evaluasi/evaluasi dapat dijadikan sebagai sumber dalam pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan akan tepat dan berguna jika didasarkan pada informasi-informasi dari hasil
evaluasi.
1. Konsep
Dasar dan Sejarah Perkembangan Management-Oriented Approach
Pendekatan evaluasi berorientasi
manajemen dalam pendidikan dikembangkan oleh Stufflebeam dan Alkin (1960).
Selama tahun 1960-1970-an mereka juga mengembangkan wacana berdasarkan pada
teori manajemen (seperti, Braybrook dan Lindblom 1963). Tujuan evaluasi berorientasi pada manajemen dalam program tertentu
bukan
menjadi perhatian utama, namun lebih menekankan pada kebersamaan antara
evalutator dan administrator secara erat dalam melakukan evaluasi. Mereka
bersama-sama mengidentifikasi keputusan-keputusan dimana administrator harus
membuat dan kemudian mengumpulkan informasi yang cukup tentang keunggulan dan
kelemahan dari setiap alternaif keputusan agar diperoleh keputusan dan
pertimbangan yang adil berdasarkan criteria yang spesifik. Oleh karena itu,
suksesnya evaluasi sangat bergantung pada kualitas tim kerja antara evaluator
dan para pengambil keputusan.
2. CIPP
(Contex, Input, Process, Product)
Evaluation Model
Stufflebeam dalam sejarah evaluasi ini
pada akhirnya mengembangkan apa yang disebut sebagai CIPP Model (Contex,
Input, Process, and Product Model). Model ini berpengaruh pada
pendekatan berorientasi keputusan evaluasi struktural untuk membantu
administrator membuat keputusan yang baik. Stufflebeam
mendefinisikan evaluasi sebagai proses dari penggambaran, memperoleh dan menerapkan
gambaran informasi dalam menentukan pengambilan keputusan. Pendekatan
ini merupakan kerangka kerja evaluasi yang bertujuan memberi pelayanan kepada
manajer dan administrator dalam menentukan keputusan, yaitu sebagai berikut:
a.
Context Evaluation
Context
Evaluation menitikberatkan pada upaya dalam menentukan
kebutuhan yang akan dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan program
pendidikan, termasuk dalam perumusan tujuan-tujuan program. Context Evaluation mendefinisikan
bagaimanan mempelajari konteks untuk sebuah program yang belum direncanakan,
apa yang menjadi kebutuhan siswa atau klien, apa yang seharusnya menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan. Dalam hal ini seorang evaluator harus
cermat dalam memahami konteks evaluasi
yang berkaitan dengan merencanakan keputusan, mengidentifikasi kebutuhan, dan
merumuskan tujuan program.
b. Input Evaluation
Segala sesuatu yang berpengaruh terhadap proses
pelaksanaan evaluasi harus disiapkan dengan benar. Input evaluasi ini akan
memberikan bantuan agar dapat menata keputusan, menentukan sumber-sumber yang
dibutuhkan, mencari berbagai alternatif yang akan dilakukan, menentukan rencana
yang matang, membuat strategi yang akan dilakukan dan memperhatikan prosedur
kerja dalam mencapainya. Menurut Stafflebeam mengungkapkan bahwa pertanyaan
yang berkenaan pada masukan mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong diselenggarakannya
program ynag bersangkutan.
c. Process Evaluation
Pada evaluasi proses ini berkaitan
dengan implementasi suatu program. Ada sejumlah pertanyaan yang harus dijawab
dalam proses pelaksanaan evaluasi ini. Misalnya, apakah rencana yang telah dibuat
sesuai dengan pelaksanaan di lapangan, dalam proses pelaksanaan program adakah
yang harus diperbaiki, apa
faktor-faktor penghambatnya, kendala apa saja yang dihadapi di lapangan. Apabila pertanyaan-pertanyaan di atas terjawab dengan
baik maka dapat dipastikan program tersebut bisa diteruskan atau diperbaiki.
Dengan demikian proses pelaksanaan program dapat dimonitoring, diawasi, bahkan diperbaiki.
d. Pruduct Evaluation
Process Evaluation lebih menekankan pada pencapain hasil. Oleh karena itu,
fokus dalam evaluasi ini meliputi hasil-hasil apa yang diperoleh, sejauhmana
kebutuhan sudah dapat terpenuhi atau berkurang, apa yang harus dilakukan setelah
program berjalan seperti itu, harus direvisi, diperluas, atau dilanjutkan atau
diberhentikan.
Untuk dapat merancang
kegiatan evaluasi pada masing-masing tahap,
Stufflebeam mengajukan beberapa
langkah yang perlu ditempuh sebagai berikut:
a. Fokus
dalam evaluasi
1)
Mengidentifikasi
tingkat utama dari pengambilan keputusan dilayani misalnya lokal, negara,
atau bangsa, kelas, sekolah, kabupaten.
2)
Untuk
masing-masing keputusan yang dibuat untuk menggambarkan situasi
keputusan.
3)
Mendefinisinkan
masing-masing kriteria keputusan oleh variabel spesifik untuk mengukur dengan
standar yang dibuat dalam alternatif pengambilan keputusan.
4)
Mendefinisikan
kebijakan di
mana evaluator harus
beroperasi
b. Mengumpulkan
informasi
1) Menentukan
sumber informasi yang akan dikumpulkan
2) Menentukan
atau menetapkan instrumen dan metode untuk
mengumpulkan data yang di inginkan
3) Menentukan
prosedur sampel yang akan digunakan
4) Menetapakan
kondisi dan jadwal untuk mengumpulkan data
c. Mengorganisasi
informasi
1) Menyediakan
format untuk informasi yang akan dikumpulkan
2) Merancang
alat untuk melakukan analisis
d. Menganalisis
informasi
1) Memilih
prosedur yang akan digunakan
2) Merancang
sebuah alat untuk melakukan analisis
e. Pelaporan
informasi
1) Menentukan
audien untuk melaporkan informasi
2) Menentukan
alat untuk menyedikan informasi kepada audien
3) Menentukan
format untuk laporan evaluasi atau sesi melaporkan
4) Jadwal
pelaporan informasi
f. Administrasi
informasi
1) Meringkaskan
jadwal evaluasi
2) Menentukan
staf, kebutuhan
sumber daya dan rencana untuk memenuhi persyaratan evaluasi
3) Menentukan
sarana untuk memenuhi kebutuhan kebijakan untuk
melakukan evaluasi
4) Mengevaluasi
potensi desain evaluasi
untuk memberikan informasi yang
valid, dapat diandalkan, kredibel, tepat waktu, dan
dapat dipahami
5) Tentukan
jadwal dan sarana untuk memperbarui
periodik dari desain evaluasi
6) Menyediakan anggaran untuk evaluasi keseluruhan program
Penggunaan
pendekatan evaluasi ini banyak digunakan
dalam rangka menjamin pertanggungjawaban terhadap publik dari suatu program
pendidikan. Stuffelbeam dan Shinkield (1985) menggambarkan pemanfaatan CIPP
model dalam dua kepentingan, yakni pembuatan keputusan (orientasi formatif) dan
pertanggungjawaban (orientasi sumatif), sebagai berikut.
CIPP
|
Orientasi
Formatif
|
Orientasi
Sumatif
|
Konteks
|
Pedoman
untuk memilih tujuan dan menentukan prioritas
|
Mencatat
sejauhmana tujuan
yang
diplih berdasar pada
kebutuhan,
kesempatan, dan
masalah
|
Input
|
Panduan
dan masukan untuk memilih strategi program maupun rancangan
procedural
|
Mencatat
strategi dan rancangan yang dipilih, serta
alasan-alasannya
|
Proses
|
Panduan
Implementasi
|
Mencatat
proses yang aktual
|
Produk
|
Pedoman
untuk menghentikan,
melanjutkan,
memodifikasi atau
instalasi
program
|
Merekam
ketercapaian prestasi
dan
perumusan kembali
keputusan-keputusan
|
3. UCLA Evaluation Model
Kerangka kerja evaluasi UCLA Evaluation Model
merupakan pengembangan kerangka kerja evaluasi yang hampir parallel dengan pemikiran yang dikemukakan dalam model CIPP
yang dikembangkan oleh Alkin (1969) sebagai Direktur Pusat Kajian Evaluasi.
Secara garis besar, model evaluasi ini terdiri dari lima tipe, yaitu:
a. System Assesment,
meyediakan informasi yang berkaitan dengan
latar belakang suatu system (identik dengan context
evaluation dalam CIPP Model).
b. Program Planning,
membantu memilih program-program yang lebih spesifik dan efektif dalam memenuhi kebutuhan pendidikan tertentu (identik
dengan input evaluation).
c. Program Implementation, menyediakan informasi tentang apakah program
dilaksanakan untuk kelompok sasaran yang
tepat sesuai yang diharapkan.
d. Program Improvement,
menyediakan informasi tentang bagaimana
suatu program berfungsi, apasaja usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang ditetapkan , apakah muncul hal-hal yang tidak diharapkan? (identik dengan process evaluation).
e. Program Certification, menyediakan informasi tentang nilai dari
suatu program dan kemungkinannya untuk dipergunakan lebih jauh (identik dengan product evaluation)
Model yang
disampaikan oleh Alkin (1991), model evaluasi UCLA meliputi empat asumsi,
yaitu:
a.
Evaluasi
adalah proses untuk memperoleh informasi
b.
Informasi yang
dikumpulkan dalam evaluasi akan digunakan untuk membuat keputusan alternatif
pilihan dalam menentukan tindak lanjut.
c.
Informasi
dalam evaluasi harus disampaikan kepada pengambil keputusan dalam bentuk yang
dapat digunakan secara efektif dan desainnya dapat membantu menghindari
keraguan dan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
d.
Jenis
keputusan yang lain memerlukan prosedur jenis evaluasi yang lain
4. The Utilization Focused Evaluation
Approach (UFE)
Pendekatan evaluasi ini (The
utilization-focused evaluation approach) yang dikembangkan oleh Patton
(1978) yang dipandang sebagai pendekatan pembuatan keputusan. Pendekatan ini
lebih menekankan bahwa proses identifikasi dan pengorganisasian relevansi
antara pengambil keputusan dan pengguna informasi merupakan langkah pertama
dalam evaluasi. Penggunaan hasil temuan evaluasi perlu memperhatikan pemikiran
para pengambil keputusan, informasi apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran,
bagaimana informasi tersebut dikumpulkan, dan bagaimana informasi tersebut
disampaikan. Beberapa ahli juga meyakini bahwa UFE termasuk sebagai pendekatan
evaluasi managemen, walaupun rentang analisisnya lebih mengarah pada
penelitian/riset.
B. Keunggulan dan Kelemahan Management-Oriented
Approach
Keunggulan dan kelemahan
model pendekatan evaluasi berorientasi pada managemen adalah sebagai berikut:
1.
Keunggulan
a)
Lebih menekankan pada
informasi-informasi yang penting dan dibutuhkan pada setiap level pengambilan
keputusan.
b)
Evaluator tidak harus menunggu waktu
berjalannya program sampai selesai dalam melakukan evaluasi.
c)
Memungkinkannya dilakukan perangkat
pengumpulan informasi secara sederhana melalui pengembangan
pertanyaan-pertanyaan dalam setiap level dan aspek program, artinya bahwa
pendekatan ini terbuka untuk dapat mengali hal-hal lain yang lebih mendalam dan
mudah dijelaskan kepada kelompok sasaran pengguna informasi evaluasi.
2.
Kelemahan
a.
Ketidakmampuan
evaluator dalam merespon pertanyaan-pertanyaan atau isu-isu yang bermakna. Hal
ini karena khawatir akan terjadi pertentangan dengan pengambil keputusan yang
mengendalikan evaluasi.
b.
Mahalnya biaya dan kompleksitas ruang
lingkup evaluasi. Jika prioritas isu dan pertanyaan-pertanyaan evaluasi tidak
ditentukan, penilaian dengan mempergunakan pendekatan ini cenderung akan
menjadi rumit dan memerlukan biaya besar.
C. Sumbangan Management-Oriented Approach terhadap Manajer.
Pendekatan evaluasi
berorientasi managemen memberikan kontribusi kepada manager dalam pengambilan
keputusan. Hal ini karena dalam pendekatan evaluasi yang berorientasi managemen
dapat memberikan informasi-informasi penekanannya pada
informasi-informasi yang penting dan dibutuhkan pada setiap level pengambilan
keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi dan Cepi Safruddin AJ. (2008). Evaluasi Program
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Jodi
L. Fitzpartrick, James R. Sanders, Blaine R. Worthen. 2011. Program Evalution Alternative Approaches and Practical
Guidelines, United States: Pearson.
Tayibnafis,
Farida Yusuf, (2000), Evaluasi Program, Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar