Minggu, 07 April 2013

Management-Oriented Approach



PENDEKATAN EVALUASI YANG BERORIENTASI PADA MANAGEMEN (MANAGEMENT-ORIENTED APPROACH)

Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “evaluation” yang berarti evaluasi. Dalam arti luas evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat suatu keputusan. Tyler mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses yang menentukan sejauh mana tujuan suatu program tercapai. Cronbach, stufflebeam dan Alkin memberikan definisi evaluasi sebagai penyediaan informasi untuk membuat keputusan, sedangkan Provus mendifinisikan evaluasi sebagai cara untuk mengetahui ada/tidaknya perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk rnengetahui apakah ada suatu kesenjangan.
Evaluasi merupakan suatu rangkaian kegiatan (proses) yang dilakukan secara sistematis dalam mengumpulkan data (informasi) yang diperoleh, menganalisis dan menginterpretasikan informasi tersebut untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu program (program) tertentu dengan kriteria tertentu yang digunakan sebgai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif kebijakan. Tyler (Tayibnafis, 2000:80) melengkapi definisi evaluasi program sebagai suatu proses yang menentukan sejauhmana tujuan suatu program telah tercapai. Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program (Suharsimi dan Cepi; 2005). Evaluasi program yang beroreintasi pada suatu hasil dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu rangkaian kegiatan program. Evaluasi meliputi kegiatan pengukuran dan evaluasi suatu program. Definisi-definisi yang ditampilkan di atas secara implisit menyebutkan adanya ukuran yang digunakan untuk menentukan nilai kreteria (worth), dan adanya hal yang dinilai. Konteks nilai program yang dinilai adalah keberhasilan program dimaksud yang dapat berupa hasil atau dampak atau bentuk proses itu sendiri.
Dalam evaluasi program pendidikan terdapat tiga pendekatan evaluasi dijadikan panduan dalam pelaksanaan evaluasi program pendidikan, salah satunya yaitu pendekatan evalusi yang berorientasi pada managemen (Management-Oriented Approach).
A.    Management-Oriented Approach
Management-oriented approach merupakan salah sau pendekatan evaluasi program pendidikan yang memfokuskan pada kepentingan manajerial. Pendekatan evaluasi berorientasi manajemen ini berfungsi untuk membantu para pengambil keputusan dalam pengambilan keputusan/kebijakan. Informasi yang diperoleh dari hasil evaluasi/evaluasi dapat dijadikan sebagai sumber dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan tepat dan berguna jika didasarkan pada informasi-informasi dari hasil evaluasi.
1.      Konsep Dasar dan Sejarah Perkembangan Management-Oriented Approach
Pendekatan evaluasi berorientasi manajemen dalam pendidikan dikembangkan oleh Stufflebeam dan Alkin (1960). Selama tahun 1960-1970-an mereka juga mengembangkan wacana berdasarkan pada teori manajemen (seperti, Braybrook dan Lindblom 1963). Tujuan evaluasi berorientasi pada manajemen dalam program tertentu bukan menjadi perhatian utama, namun lebih menekankan pada kebersamaan antara evalutator dan administrator secara erat dalam melakukan evaluasi. Mereka bersama-sama mengidentifikasi keputusan-keputusan dimana administrator harus membuat dan kemudian mengumpulkan informasi yang cukup tentang keunggulan dan kelemahan dari setiap alternaif keputusan agar diperoleh keputusan dan pertimbangan yang adil berdasarkan criteria yang spesifik. Oleh karena itu, suksesnya evaluasi sangat bergantung pada kualitas tim kerja antara evaluator dan para pengambil keputusan.


2.      CIPP (Contex, Input, Process, Product) Evaluation Model
Stufflebeam dalam sejarah evaluasi ini pada akhirnya mengembangkan apa yang disebut sebagai CIPP Model (Contex, Input, Process, and Product Model). Model ini berpengaruh pada pendekatan berorientasi keputusan evaluasi struktural untuk membantu administrator membuat keputusan yang baik. Stufflebeam mendefinisikan evaluasi sebagai proses dari penggambaran, memperoleh dan menerapkan gambaran informasi dalam menentukan pengambilan keputusan. Pendekatan ini merupakan kerangka kerja evaluasi yang bertujuan memberi pelayanan kepada manajer dan administrator dalam menentukan keputusan, yaitu sebagai berikut:
a.    Context Evaluation
Context Evaluation menitikberatkan pada upaya dalam menentukan kebutuhan yang akan dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan program pendidikan, termasuk dalam perumusan tujuan-tujuan program. Context Evaluation mendefinisikan bagaimanan mempelajari konteks untuk sebuah program yang belum direncanakan, apa yang menjadi kebutuhan siswa atau klien, apa yang seharusnya menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan. Dalam hal ini seorang evaluator harus cermat  dalam memahami konteks evaluasi yang berkaitan dengan merencanakan keputusan, mengidentifikasi kebutuhan, dan merumuskan tujuan program.

b.    Input  Evaluation
Segala sesuatu yang berpengaruh terhadap proses pelaksanaan evaluasi harus disiapkan dengan benar. Input evaluasi ini akan memberikan bantuan agar dapat menata keputusan, menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan, mencari berbagai alternatif yang akan dilakukan, menentukan rencana yang matang, membuat strategi yang akan dilakukan dan memperhatikan prosedur kerja dalam mencapainya. Menurut Stafflebeam mengungkapkan bahwa pertanyaan yang berkenaan pada masukan mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong diselenggarakannya program ynag bersangkutan.

c.    Process  Evaluation
Pada evaluasi proses ini berkaitan dengan implementasi suatu program. Ada sejumlah pertanyaan yang harus dijawab dalam proses pelaksanaan evaluasi ini. Misalnya, apakah rencana yang telah dibuat sesuai dengan pelaksanaan di lapangan, dalam proses pelaksanaan program adakah yang harus diperbaiki, apa faktor-faktor penghambatnya, kendala apa saja yang dihadapi di lapangan. Apabila pertanyaan-pertanyaan di atas terjawab dengan baik maka dapat dipastikan program tersebut bisa diteruskan atau diperbaiki. Dengan demikian proses pelaksanaan program dapat dimonitoring, diawasi, bahkan diperbaiki.
d.   Pruduct  Evaluation
Process  Evaluation lebih menekankan pada pencapain hasil. Oleh karena itu, fokus dalam evaluasi ini meliputi hasil-hasil apa yang diperoleh, sejauhmana kebutuhan sudah dapat terpenuhi atau berkurang, apa yang harus dilakukan setelah program berjalan seperti itu, harus direvisi, diperluas, atau dilanjutkan atau diberhentikan.

Untuk dapat merancang kegiatan evaluasi pada masing-masing tahap,  Stufflebeam  mengajukan beberapa langkah yang perlu ditempuh sebagai berikut:
a.       Fokus dalam evaluasi
1)      Mengidentifikasi tingkat utama dari pengambilan keputusan dilayani misalnya lokal, negara, atau bangsa, kelas, sekolah, kabupaten.
2)      Untuk masing-masing keputusan yang dibuat untuk menggambarkan situasi keputusan.
3)      Mendefinisinkan masing-masing kriteria keputusan oleh variabel spesifik untuk mengukur dengan standar yang dibuat dalam alternatif pengambilan keputusan.
4)      Mendefinisikan kebijakan di mana evaluator harus beroperasi
b.      Mengumpulkan informasi
1)      Menentukan sumber informasi yang akan dikumpulkan
2)      Menentukan atau menetapkan instrumen dan metode untuk  mengumpulkan data yang di inginkan
3)      Menentukan prosedur sampel yang akan digunakan
4)      Menetapakan kondisi dan jadwal untuk mengumpulkan data
c.       Mengorganisasi informasi
1)      Menyediakan format untuk informasi yang akan dikumpulkan
2)      Merancang alat untuk melakukan analisis
d.      Menganalisis informasi
1)      Memilih prosedur yang akan digunakan
2)      Merancang sebuah alat untuk melakukan analisis
e.       Pelaporan informasi
1)      Menentukan audien untuk melaporkan informasi
2)      Menentukan alat untuk menyedikan informasi kepada audien
3)      Menentukan format untuk laporan evaluasi atau sesi melaporkan
4)      Jadwal pelaporan informasi
f.       Administrasi informasi
1)      Meringkaskan jadwal evaluasi
2)      Menentukan staf, kebutuhan sumber daya dan rencana untuk memenuhi persyaratan evaluasi
3)      Menentukan sarana untuk memenuhi kebutuhan kebijakan untuk melakukan evaluasi
4)      Mengevaluasi potensi desain evaluasi untuk memberikan informasi yang valid, dapat diandalkan, kredibel, tepat waktu, dan dapat dipahami
5)      Tentukan jadwal dan sarana untuk memperbarui periodik dari desain evaluasi
6)      Menyediakan  anggaran untuk evaluasi keseluruhan program

Penggunaan pendekatan evaluasi ini banyak  digunakan dalam rangka menjamin pertanggungjawaban terhadap publik dari suatu program pendidikan. Stuffelbeam dan Shinkield (1985) menggambarkan pemanfaatan CIPP model dalam dua kepentingan, yakni pembuatan keputusan (orientasi formatif) dan pertanggungjawaban (orientasi sumatif), sebagai berikut.
CIPP
Orientasi Formatif
Orientasi Sumatif
Konteks
Pedoman untuk memilih tujuan dan menentukan prioritas

Mencatat sejauhmana tujuan
yang diplih berdasar pada
kebutuhan, kesempatan, dan
masalah

Input 
Panduan dan masukan untuk memilih strategi program maupun rancangan
procedural

Mencatat strategi dan rancangan yang dipilih, serta
alasan-alasannya

Proses
Panduan Implementasi 

Mencatat proses yang aktual
Produk
Pedoman untuk menghentikan,
melanjutkan, memodifikasi atau
instalasi program

Merekam ketercapaian prestasi
dan perumusan kembali
keputusan-keputusan

3.      UCLA Evaluation Model
Kerangka kerja evaluasi UCLA Evaluation Model merupakan pengembangan kerangka kerja evaluasi yang hampir parallel dengan  pemikiran yang dikemukakan dalam model CIPP yang dikembangkan oleh Alkin (1969) sebagai Direktur Pusat Kajian Evaluasi. Secara garis besar, model evaluasi ini terdiri dari lima tipe, yaitu:
a.       System Assesment, meyediakan informasi yang berkaitan dengan  latar belakang suatu system (identik dengan  context evaluation  dalam CIPP Model).
b.      Program Planning, membantu memilih program-program yang lebih spesifik dan efektif dalam  memenuhi kebutuhan pendidikan tertentu (identik dengan input evaluation).
c.       Program Implementation,  menyediakan informasi tentang apakah program dilaksanakan  untuk kelompok sasaran yang tepat sesuai yang diharapkan.
d.      Program Improvement,  menyediakan informasi tentang bagaimana suatu program berfungsi, apasaja usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan , apakah muncul hal-hal yang tidak diharapkan? (identik dengan process evaluation).
e.       Program Certification,  menyediakan informasi tentang nilai dari suatu program dan kemungkinannya untuk dipergunakan lebih jauh (identik dengan product evaluation)

Model  yang disampaikan oleh Alkin (1991), model evaluasi UCLA meliputi empat asumsi, yaitu:
a.       Evaluasi adalah proses untuk memperoleh informasi
b.      Informasi yang dikumpulkan dalam evaluasi akan digunakan untuk membuat keputusan alternatif pilihan dalam menentukan tindak lanjut.
c.       Informasi dalam evaluasi harus disampaikan kepada pengambil keputusan dalam bentuk yang dapat digunakan secara efektif dan desainnya dapat membantu menghindari keraguan dan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
d.      Jenis keputusan yang lain memerlukan prosedur jenis evaluasi yang lain

4.      The Utilization Focused Evaluation Approach (UFE)
Pendekatan evaluasi  ini (The utilization-focused evaluation approach) yang dikembangkan oleh Patton (1978) yang dipandang sebagai pendekatan pembuatan keputusan. Pendekatan ini lebih menekankan bahwa proses identifikasi dan pengorganisasian relevansi antara pengambil keputusan dan pengguna informasi merupakan langkah pertama dalam evaluasi. Penggunaan hasil temuan evaluasi perlu memperhatikan pemikiran para pengambil keputusan, informasi apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran, bagaimana informasi tersebut dikumpulkan, dan bagaimana informasi tersebut disampaikan. Beberapa ahli juga meyakini bahwa UFE termasuk sebagai pendekatan evaluasi managemen, walaupun rentang analisisnya lebih mengarah pada penelitian/riset.
B.     Keunggulan dan Kelemahan Management-Oriented Approach
Keunggulan dan kelemahan model pendekatan evaluasi berorientasi pada managemen adalah sebagai berikut:
1.      Keunggulan
a)      Lebih menekankan pada informasi-informasi yang penting dan dibutuhkan pada setiap level pengambilan keputusan.
b)      Evaluator tidak harus menunggu waktu berjalannya program sampai selesai dalam melakukan evaluasi.
c)      Memungkinkannya dilakukan perangkat pengumpulan informasi secara sederhana melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan dalam setiap level dan aspek program, artinya bahwa pendekatan ini terbuka untuk dapat mengali hal-hal lain yang lebih mendalam dan mudah dijelaskan kepada kelompok sasaran pengguna informasi evaluasi.

2.      Kelemahan
a.       Ketidakmampuan evaluator dalam merespon pertanyaan-pertanyaan atau isu-isu yang bermakna. Hal ini karena khawatir akan terjadi pertentangan dengan pengambil keputusan yang mengendalikan evaluasi.
b.      Mahalnya biaya dan kompleksitas ruang lingkup evaluasi. Jika prioritas isu dan pertanyaan-pertanyaan evaluasi tidak ditentukan, penilaian dengan mempergunakan pendekatan ini cenderung akan menjadi rumit dan memerlukan biaya besar.

C.    Sumbangan Management-Oriented Approach terhadap Manajer.
Pendekatan evaluasi berorientasi managemen memberikan kontribusi kepada manager dalam pengambilan keputusan. Hal ini karena dalam pendekatan evaluasi yang berorientasi managemen dapat memberikan informasi-informasi penekanannya pada informasi-informasi yang penting dan dibutuhkan pada setiap level pengambilan keputusan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin AJ. (2008). Evaluasi Program   Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Jodi L. Fitzpartrick, James R. Sanders, Blaine R. Worthen. 2011.  Program Evalution Alternative Approaches and Practical Guidelines, United States: Pearson.
Tayibnafis, Farida Yusuf, (2000), Evaluasi Program, Jakarta: Rineka Cipta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar